Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

#BERITALITERASI #BERBAGIFAKTA #BERBAGIILMU

Membongkar Hakikat Peserta Didik: Investasi Masa Depan Bangsa dan Agama

Sukabumi, 28 Juli 2025 – Memahami siapa sesungguhnya peserta didik menjadi fondasi utama dalam merancang pendidikan yang berkualitas. Menurut riset yang dilakukan oleh Intan Nurul Azimmah, mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Sukabumi (UMMI), dengan NIM 2431621005, peserta didik bukanlah sekadar objek pembelajaran, melainkan individu kompleks yang tengah dalam proses pertumbuhan dan perkembangan, baik secara jasmani maupun rohani.

Intan menegaskan bahwa setiap peserta didik adalah pribadi yang unik, memiliki potensi bawaan, dan membutuhkan bimbingan, arahan, serta pendekatan yang disesuaikan dengan fase kehidupannya. Tujuannya adalah untuk mencapai kedewasaan dan mengoptimalkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

Peserta Didik dalam Berbagai Lensa

Riset Intan menguraikan konsep dasar peserta didik dari berbagai perspektif penting:

1. Perspektif Islam dan Hadis: Dalam kacamata Islam, peserta didik dikenal dengan istilah muta’allim (pencari ilmu), mutarabbi (individu yang dididik), dan muta’addib (diajari adab dan akhlak). Hadis-hadis Rasulullah SAW secara jelas menyoroti krusialnya proses belajar dan peran bimbingan dari pendidik. Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, dan perkembangan selanjutnya sangat dipengaruhi oleh lingkungan serta bimbingan yang mereka terima.

2. Perspektif Pendidikan Nasional dan Psikologi: Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, peserta didik didefinisikan sebagai anggota masyarakat yang sedang mengembangkan potensi diri melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal. Sementara itu, dalam psikologi pendidikan, mereka dipandang sebagai individu unik yang terus mengalami perkembangan. Oleh karena itu, pendekatan pendidikan harus disesuaikan dengan tahap pertumbuhan fisik, psikis, dan sosial mereka.

3. Hakikat Peserta Didik: Penting untuk diingat bahwa peserta didik bukanlah miniatur orang dewasa. Mereka memiliki dunianya sendiri, kebutuhan yang khas, dan cara belajar yang berbeda. Mereka diberkahi dengan potensi luar biasa yang mencakup aspek kognitif (intelektual), afektif (emosional dan moral), dan psikomotorik (fisik). Seluruh potensi ini harus dikembangkan secara menyeluruh dan seimbang.

Iklan Shopee

Klik Gambar untuk lanjut ke shopee

Iklan Shopee
Klik Gambar untuk lanjut ke shopee

Iklan Shopee
Klik Gambar untuk lanjut ke shopee

Memenuhi Kebutuhan dan Tanggung Jawab Pendidik

Kebutuhan dasar peserta didik sangat beragam dan perlu dipenuhi secara komprehensif, meliputi:

  • Intelektual: Kebutuhan dasar seperti membaca, menulis, dan berhitung.

  • Bahasa: Sebagai sarana utama komunikasi dan berpikir.

  • Sosial: Untuk beradaptasi dan membangun kerja sama.

  • Emosi: Untuk mengelola perasaan dan membentuk karakter yang kuat.

  • Etika dan Moral: Untuk mengenal nilai baik-buruk dan mengembangkan budi pekerti.

  • Keagamaan: Untuk penghayatan nilai-nilai spiritual.

Dari sudut pandang filosofis, Islam secara spesifik menempatkan manusia (termasuk peserta didik) sebagai makhluk istimewa yang memiliki jasad, jiwa, dan hidup (hayah), membedakan mereka dari makhluk lain. Mereka adalah makhluk biologis, psikis, dan sosial yang mengemban tanggung jawab sebagai khalifah di bumi.

Dalam konteks ini, tanggung jawab pendidik menjadi sangat vital. Mereka berperan mengarahkan peserta didik menuju kedewasaan dan kesempurnaan fitrah mereka. Kunci keberhasilan ada pada pemahaman mendalam pendidik terhadap karakteristik dan kebutuhan peserta didik, serta kemampuan mereka dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif, menyenangkan, dan senantiasa menghargai setiap potensi yang dimiliki.

Sebagai penutup, riset Intan Nurul Azimmah menyimpulkan bahwa peserta didik adalah subjek aktif dalam proses pendidikan, bukan sekadar objek pasif. Mereka merupakan investasi masa depan bangsa dan agama. Oleh karena itu, setiap aspek kepribadian dan potensi mereka harus diperhatikan secara holistik agar proses pendidikan benar-benar bermakna dan menghasilkan insan yang cerdas, bermoral, serta beriman.